Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Memusnahkan Kertas Hasil Latihan Kaligrafi


 memang menjadi dilema yang mesti dihadapi oleh seorang kaligrafer Cara Memusnahkan Kertas Hasil Latihan Kaligrafi

Menumpuknya kertas kertas kaligrafi, memang menjadi dilema yang mesti dihadapi oleh seorang kaligrafer. Seorang kaligrafer niscaya mempunyai banyak sampah kertas yang sudah dipenuhi coret coret hasil latihan kaligrafi. Misalnya ia berlatih kaligrafi sebanyak 3 lembar sehari. Maka dalam sebulan ia sudah mempunyai 30 lembar. Atau ia sedang mengerjakan sebuah proyek ibarat penulisan mushaf. Mau tidak mau ia akan membuang tulisannya yang salah atau kurang bagus. Kertas kertas yang dibuang ini malah lebih tebal dari karya mushaf yang ditulisnya.

Atau guru kaligrafi yang mempunyai banyak murid. Seorang guru kaligrafi harus mengatasi bekas latihan murid muridnya, yang tidak terbawa pulang. Misalnya, kertas kertas kiprah atau ulangan yang tidak dibagikan kembali.

Begitu juga panitia lomba kaligrafi. Biasanya hasil hasil karya peserta lomba kaligrafi, tidak dibawa pulang oleh peserta, tetapi menjadi milik panitia. Oleh panitia kadang tidak diurus, dan akibatnya menjadi sampah.

Terus kertas kertas ini sebaiknya diapakan. Ada banyak kalimat kalimat suci yang tertulis didalamnya. Membiarkannya terlantar dan terinjak injak yaitu dosa dan penistaan.


Simpanlah Yang Kamu Anggap Bagus Dan Berharga


Hasil latihan kaligrafi, atau corat coret, atau karya karya yang dianggap gagal, atau masyaq yaitu dokumentasi sejarah perjalanan hidupmu yang sangat berharga. Bila kau kelak menjadi kaligrafer ternama, bekas bekas latihanmu itu akan semakin tinggi nilainya. Akan banyak dicari orang.

Ini telah terjadi pada karya karya kaligrafer besar masa lampau. Karya karyanya banyak diburu oleh museum atau kolektor pribadi. Meskipun hanya kertas berisi corat coret. Semakin kuno, semakin berharga.

Maka, bekas bekas latihanmu, yang kau anggap anggun simpanlah. Simpan aslinya, dan arsipkan juga secara digital melalui foto atau scan. Jangan lupa setiap karya diberi tanda tangan dan tanggal.

Menyimpan arsip ibarat ini akan sangat banyak manfaatnya. Ia sanggup menjadi refleksi ketika kau ingin membandingkan karya terbarumu dan karya karyamu yang sudah lama. Ia juga menjadi kenangan, alasannya yaitu sanggup jadi karya itu ditulis dalam suasana suasana tertentu. Ketika kau memandangi lagi karya itu, kau akan mengenangnya.

Tentu tidak semua hasil latihan akan kita simpan. Jumlahnya akan banyak sekali. Harus kita pilih pilih. Mana yang berdasarkan kau bagus, simpanlah. Atau ada yang anggun tetapi kau tidak ingin menyimpannya, simpanlah dalam bentik digital. Sisanya, boleh dimusnahkan untuk menghindari perlakuan tidak hormat.


Bekas latihan kaligrafer Hasyim Muhammad Al Baghdady
Lengkap dengan tanda tangan dan tahun penulisan



Bekas latihan Hasyim Muhammad al Baghdady
dengan koreksi dari Hamdi al Amidi



Hukum dan Cara Menangani Mushaf Al Qur'an


Kaligrafi, berisi lafadz lafadz suci atau nama nama Allah. Membiarkannya terlantar, terbuang, atau terinjak injak yaitu sebuah penistaan.

Lalu, bolehkah kaligrafi itu dimuanahkan ? 

Untuk mengetahui aturan memusnahkan kaligrafi dan bagaimana cara memusnahkannya, kita sanggup mengambil pendapat ulama ihwal aturan dan cara menangani mushaf Al Alquran rusak.

Bagaimana cara menangani Al Alquran yang sudah lusuh dan rusak ? 

Para ulama memberi klarifikasi sebagai berikut :

  1. Bila mushaf Alquran itu masih sanggup dimanfaatkan, maka wajib dimanfaatkan dan dihentikan dimusnahkan. Adalah kufur, memperabukan Al-Qur'an tanpa alasan.
  2. Caranya dengan dijilid ulang secara keseluruhan, atau di fragmen per juz. Bisa diperbaiki sendiri atau diserahkan kepada ahlinya. Untuk mushaf wakaf, pembiayaan perawatan mushaf tersebut menjadi tanggung jawab akseptor wakaf.
  3. Bila mushaf tersebut terlalu rusak, sudah sulit dibaca, ringkih robek, maka boleh dimusnahkan atau dilenyapkan. Hukum memusnahkan Al-Qur'an ini sanggup menjadi wajib, jika kondisinya memerlukan itu sebagai satu satunya jalan menjaga kehormatan Al Qur'an

Caranya ? 

Mengenai cara memusnahkan mushaf Al Qur'an yang sudah rusak, ada dua pendapat :


Pendapat Pertama,

Mushaf Al-quran itu diperlakukan ibarat manusia. Dibungkus dengan kain suci, kemudian dikubur disebuah daerah yang jarang dilalui orang. Ini yaitu pendapat madzab Hanafi dan Hambali. Pendapat ini diketahui melalui kitab kitab karya ulama Hanafi, antara lain dalam kitab ad Durr al Mukhtar terdapat nash yang berbunyi :

 الْمُصْحَفُ إذَا صَارَ بِحَالٍ لَا يُقْرَأُ فِيهِ : يُدْفَنُ ؛ كَالْمُسْلِمِ"
Sebuah mushaf, jika kondisinya sudah tidak sanggup dibaca lagi, maka ia dikubur ibarat menguburkan seorang muslim

Juga sanggup dibaca dalam kitab kitab bermadzhab Hambali. Misalnya dalam kitab Kasyyaf al Qanna' terdapat nash berbunyi :

وَلَوْ بَلِيَ الْمُصْحَفُ أَوْ انْدَرَسَ دُفِنَ نَصًّا ، ذَكَرَ أَحْمَدُ أَنَّ أَبَا الْجَوْزَاءِ بَلِيَ لَهُ مُصْحَفٌ فَحَفَرَ لَهُ فِي مَسْجِدِهِ فَدَفَنَهُ
Seandainya mushaf telah hancur/lapuk, atau sudah pudar tulisannya, maka dikuburkan berdasarkan ketetapan madzhab. Imam Ahmad menyebutkan, bekerjsama Abu Al Jauza' mempunyai mushaf yang sudah usang, maka ia menggali tanah di masjidnya, kemudian mengubur mushaf itu.

Adapun cara penguburannya, dijelaskan oleh para ulama sebagai berikut :

Mushaf tersebut dibungkus dengan sepotong kain yang suci (boleh kain kafan), kemudian dikubur ditempat yang terjaga. Maksudnya terjaga, daerah itu jauh dari kemudian lalang, bukan daerah yang biasa dikencingi, dan kondusif dari gangguan.


Pendapat Kedua,

Mushaf dibakar hingga menjadi abu, kemudian di pendam. Tujuan pembakaran ini yaitu untuk menghilangkan tulisannya. Pendapat ini yaitu pendapat madzhab Syafii dan Maliki. Rujukan mereka yaitu kebijakan Usman bin Affan yang memerintahkan memperabukan mushaf Al-Quran sesudah dia sukses menciptakan salinan mushaf standar.

Kisah Usman memperabukan mushaf ini terdapat dalam Sohih Bukhari dengan teks hadis sebagai berikut:

فَأَرْسَلَ عُثْمَانُ إِلَى حَفْصَةَ أَنْ أَرْسِلِي إِلَيْنَا بِالصُّحُفِ نَنْسَخُهَا فِي الْمَصَاحِفِ ثُمَّ نَرُدُّهَا إِلَيْكِ ، فَأَرْسَلَتْ بِهَا حَفْصَةُ إِلَى عُثْمَانَ ، فَأَمَرَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ الزُّبَيْرِ ، وَسَعِيدَ بْنَ الْعَاصِ ، وَعَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ ، فَنَسَخُوهَا فِي الْمَصَاحِفِ ...وَأَرْسَلَ إِلَى كُلِّ أُفُقٍ بِمُصْحَفٍ مِمَّا نَسَخُوا ، وَأَمَرَ بِمَا سِوَاهُ مِنْ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ صَحِيفَةٍ أَوْ مُصْحَفٍ أَنْ يُحْرَقَ

Kemudian Usman mengirim surat kepada Hafshah yang isinya : kirimkan padaku suhuf suhuf (yang kau simpan) kami akan menyalinnya dalam beberapa mushaf kemudian akan kami kembalikan lagi suhuf suhuf itu padamu. 
Maka Hafshah mengirimkan suhuf suhuf itu kepada Usman, yang kemudian menyuruh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin al Ashdan Abdurrahman bin Harits bin Hisyam. Maka mereka menyalinnya dalam beberapa mushaf. 
Kemudian Usman mengirimkan tiap salinan mushaf ke setiap ufuq (maksudnya beberapa kota besar), dan ia memerintahkan untuk lembaran lembaran dan mushaf lain untuk dibakar

Pendapat yang kedua ini, lebih rajih dikalangan ulama alasannya yaitu ada dasarnya dari perbuatan sahabat. Karena ketika Usman mengeluarkan kebijakan ini, banyak sobat senior yang menyaksikan dan ternyata tidak satupun yang menyanggahnya. Hal ini dikuatkan oleh kesaksian Mus'ab bin Said : "aku lihat banyak orang yang hadir pada ketika pembakaran mushaf oleh Usman bin Affan. Yang menakjubkan, tidak satupun dari mereka yang mengingkarinya".

Memusnahkan Kertas Hasil Latihan Kaligrafi


Kemudian untuk dilema kertas hasil latihan kaligrafi bagaimana ? Apakah mengikuti aturan mushaf ibarat disampaikan diatas ?

Jawabnya benar. Boleh mengubur atau memperabukan semua benda yang didalamnya terdapat kalimat kalimat suci, atau doa doa, atau kitab kitab, atau hasil latihan kaligrafi.




Ibnu Batthal berkata :

وفى أمر عثمان بتحريق الصحف والمصاحف حين جمع القرآن جواز تحريق الكتب التي فيها أسماء الله تعالى ، وأن ذلك إكرام لها ، 
وصيانة من الوطء بالأقدام ، وطرحها في ضياع من الأرض



Terkait dengan perintah Usman bin Affan untuk memperabukan lembaran lembaran atau mushaf ketika ia mengerjakan proyek penghimpunan Al Qur'an, maka boleh juga memperabukan kitab kitab yang didalamnya ada asma Allah. Itu yaitu bentuk penghormatan untuknya. menjaganya dari terinjak kaki atau terbuang sia sia ditanah.

Memusnahkan yaitu lebih baik daripada meletakkannya di celah celah dinding atau semisalnya. Karena suatu ketika ia sanggup jatuh dan terinjak. As Suyuthi berkata dalam kitab Al Itqan :
"Apabila bermaksud untuk tidak memanfaatkan mushaf yang sudah rusak, maka tidak boleh meletakkannya dicelah celah (dinding atau lemari dan sebagainya) alasannya yaitu sanggup jadi ia akan jatuh dan terinjak..."

Nah, untuk kaligrafi saya rasa sanggup mengambil pendapat pendapat tersebut. Artinya, memusnahkan hasil latihan kaligrafi yaitu boleh sebagaimana memusnahkan mushaf al Alquran yang rusak.

Langkah langkahnya : 
1.  Buat lubang ditanah (ukurannya sesuaikan dengan jumlah yang akan dibakar).
2.  Bakarlah hasil latihan kaligrafi, sedikit demi sedikit
3.   Pastikan semuanya terbakar, tidak ada yang menggumpal atau saling dempet.
4.   Sisa pembakaran diaduk aduk dengan kayu hingga semuanya hancur. Jangan hingga ada kalimah tayyibah yang masih sanggup dibaca.
5.  Terakhir, timbunlah dengan tanah

Bila kau tidak ingin menggali tanah, gunakan saja tungku atau kaleng biskuit yang ukurannya cukup besar. Mengapa harus besar ?  Agar hasil pembakaran benar benar menghancurkan sehingga tulisannya mustahil dibaca lagi. Kemudian abunya sanggup kau kubur. 

Demikian gampang mudahan bermanfaat.



Artikel ini ditulis dengan memperhatikan sumber sember tertera dibawah ini.




 All artworks are properties of their respective owners If you own the copyright to this file/image and you do not wish it be included on our website, please contact us and we will remove it as soon as possible.